Pelajaran dari Keledai yang Ditunggangi Nabi dan Fenomena Kirim Al Fatihah
Apa kaitannya keledai yang ditunggangi Nabi dan fenomena kirim Al Fatihah?
Ada hadits yang menceritakan saat-saat diutusnya Mu’adz bin Jabal ke Yaman.
Mu’adz bin Jabal menuturkan “aku pernah dibonceng oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam di atas seekor keledai” dan seterusnya sampai “sehingga mereka nanti akan bersikap menyandarkan diri ” (Mutafaqun ‘alaih).
Lalu dirinci atau dijelaskan oleh para ulama tentang boncengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas seperti berikut:
1. Keledai tersebut bernama ‘Ufair dan mati pada saat haji wada’ sebagaimana riwayat dari Ibnu Shalah.
2. Muadz dibonceng oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Hal ini menunjukkan bahwa Muadz benar-benar dimuliakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan itu menunjukkan begitu merakyatnya dan mudah bergaulnya beliau dengan para sahabat.
3. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menggunakan keledai, itu menunjukkan tawadhu’nya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau tidak menganggap dirinya lebih istimewa dari lainnya. Patut diketahui bahwa keledai tidak begitu istimewa dibanding unta dan kuda.
Lihatlah para ulama sangat rinci sekali dalam menyampaikan apa saja yg dilakukan, dimiliki, dan dikatakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sampai-sampai seekor hewan pun mereka riwayatkan memiliki nama dan tahu kapan matinya.
Maka sudah barang tentu ibadah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun diketahui detailnya oleh para sahabatradhiyallahu ‘anhum.
Contohnya apakah sehabis doa mesti ditutup dengan Al-Fatihah atau ada tuntunan kirim Al-Fatihah pada orang mati ataukah tidak.
Kalau memang hal ini ada tuntunannya, tentu para sahabat sudah mencatat apa yang disampaikan oleh Rasul dan itu sampai pada kita di zaman ini. Atau mereka bisa menjelaskan amaliyah Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam mengenai hal itu.
Namun kok seperti itu tidak ada riwayat yang jelas dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat. Aneh bukan?
Lihatlah nama keledai dan kapan matinya keledai tersebut saja para sahabat meriwayatkan dan para ulama mencatatnya.
Lalu bagaimana amalan bagi orang mati dan baca Al-Fatihah selesai berdoa?
Padahal orang mati pun ada di masa beliau. Doa pun gemar beliau lakukan. Namun tidak kita temukan riwayat shahih yang menunjukkan praktik langsung dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu ‘anhum mengenai kirim al-fatihah pada orang mati atau pun menutup doa dengan membaca Al-Fatihah.
Comments
Post a Comment